Pengalaman Lasik

Tepat 2 minggu yang lalu, 13 Mei 2014, saya menjalani sesuatu yang pengaruhnya cukup besar dalam kehidupan saya tapi memiliki risiko tinggi. Bahkan teman saya yang bernama Zakiy bilang, “It’s the scariest surgery on earth”…

Operasi Lasik. Itulah yang telah saya jalani. Setelahnya, banyak teman saya yang bertanya lebih jauh. Oleh karena itu, saya akan cerita disini. Semoga bermanfaat.

Alasan Menjalani Lasik

Sebenarnya yang semangat ingin saya di-Lasik itu orang tua saya, terutama Mamah. Semenjak masih jadi anak sekolahan, keinginan orang tua saya untuk menyembuhkan mata saya ini sangat besar. Tapi dulu usia saya belum memenuhi syarat Lasik (syaratnya minimal 18 tahun). Saya pun sempat tidak mau karena belum merasa membutuhkan, apalagi biayanya tidak murah. Saya juga pernah merasa kalau tanpa kacamata, mata saya akan terlihat lebih sipit, dan saya tidak suka itu. Haha.. Tapi orang tua saya tidak menyerah membujuk saya. Katanya, “Ya udah nanti pake kacamata yang gak ada minusnya aja, yang penting kan matanya sembuh”. Saat itu saya baru sadar bahwa niat orang tua saya itu memang ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, termasuk dalam hal kesehatan mata.

Suatu ketika, saya liburan ke Karimun Jawa beserta teman-teman. Saat itu adalah pengalaman pertama saya melakukan snorkeling. Dan saya tidak menyangka bahwa di titik itu saya benar-benar sedih karena tidak bisa menikmati keindahan ciptaan Allah yang saat itu dibilang “bagus banget!”, “keren banget!”, dll oleh teman-teman saya.

Singkat cerita, belakangan ini Mamah saya mengungkit tentang Lasik lagi setelah beliau menonton informasi tentang Lasik di televisi. Akhirnya saya mau mengikuti keinginan beliau untuk mencari informasi lebih lanjut dari berbagai sumber. Ternyata ada teman saya yang bernama Tafta yang saat itu baru saja di-Lasik. Awalnya saya masih agak takut, tapi akhirnya saya menjadi lebih berani setelah mendengar cerita dari Tafta. Lalu orang tua saya meyakinkan kembali bahwa ini hanya merupakan salah satu ikhtiar. “Bismillah aja, serahkan semuanya sama Allah”, katanya. :’)

Akhirnya saya mengambil keputusan untuk mau menjalani Lasik.

Proses Lasik

Saya menjalani operasi Lasik di Cicendo. Sebelum menjelaskan proses operasinya, saya mau menjelaskan pra-operasinya terlebih dahulu. Prosedur umumnya bisa dilihat di Lasik di Cicendo.

Di pranala tersebut disebutkan bahwa kita harus melakukan screening terlebih dahulu. Nah, untuk teman-teman yang menggunakan softlens, softlens harus dilepas minimal 2 minggu sebelum screening. Untuk yang menggunakan hardlens, hardlens harus dilepas minimal 1 bulan sebelum screening.

Screening dilakukan untuk mengecek kondisi mata kita. Hasilnya menentukan apakah kita layak di-Lasik atau tidak. Terutama untuk yang minusnya di atas 5, hasil screening juga menentukan apakah perlu menjalani tindakan lain seperti laser retina terlebih dahulu atau tidak.

Metode Lasik di Cicendo itu ada 2. Kalau di pranala yang tadi, tertulis ada yang Femtosecond dan tidak. Hasil screening juga menentukan metode Lasik yang mana yang bisa dijalani oleh mata kita karena bisa jadi mata kita hanya bisa ditindak dengan salah satu metode saja. Perbedaan antara 2 metode itu adalah Femtosecond tidak menggunakan sayatan pisau, sedangkan yang satunya menggunakan sayatan pisau sebelum proses laser. Kata dokter, proses pemulihan yang Femtosecond juga lebih cepat dan nyaman dibanding yang satunya. Memang harga menentukan kualitas. Tapi tenang saja, kata dokter hasil akhir dari kedua metode itu sama kok insya Allah.

Mata saya minus 6 dan 7, tetapi hasil screening menunjukkan kalau kondisi mata saya bagus sehingga saya tidak perlu menjalani tindakan-tindakan lain sebelum Lasik. Alhamdulillah. Setelah screening, operasi Lasik tidak harus dilakukan di hari yang sama. Namun, batas waktu antara screening dan operasi adalah 1 bulan. Setelah membuat janji, tibalah saatnya…

13 Mei 2014, saya diminta datang pagi agar matanya belum lelah. Ada rasa deg-degan gundah gulana sebelum operasi. Tapi saya ingat kata-kata teman saya yang bernama Raihan, “Banyak berdoa dey, kesembuhan hanya dari Yang Maha Kuasa. Dokter cuma jalan”, sama persis dengan wejangan orang tua. Setelah orang tua mengurus administrasi, saya masuk ruang operasi dengan pakaian operasi. Kemudian saya disuruh tiduran di tempat operasi. Mulai dari situ saya pasrah sepasrah-pasrahnya lalu mulai mengikuti instruksi operasi sambil berdoa. Yang saya ingat selama proses operasi:

  1. Mata dibuka dan dilemaskan (jangan tegang), lalu diganjal dengan penahan kelopak
  2. Mata dianestesi (bius lokal) dengan obat tetes mata
  3. Mesin didekatkan dengan mata dan saya disuruh melihat ke suatu titik merah. Proses laser berlangsung selama 22 detik (kalau tidak salah).
  4. Bagian mata yang dipotong menggunakan laser kemudian diambil

Proses tersebut dilakukan bergantian untuk mata kanan dan kiri.

Setelah Lasik

Setelah proses Lasik selesai, saya membuka kedua mata saya dan saya dapat melihat wajah suster. Dengan minus saya yang cukup tinggi, perbedaannya langsung terasa saat itu juga. Kemudian saya keluar ruang operasi lalu masuk ruang dokter. Disitu, mata saya diperiksa lagi dengan alat dokter. Alhamdulillah hasilnya bagus. Kemudian saya langsung menghampiri orang tua saya dan saya sangat bersyukur karena dapat melihat wajah orang tua saya tanpa menggunakan kacamata lagi saat itu juga :’)

Kemudian saya diperbolehkan langsung pulang dengan dibekali beberapa obat tetes dan kacamata pelindung. Setelah obat anestesinya berhenti bekerja, mata saya akan terasa tidak nyaman sekitar 1 – 6 jam kata dokter. Bagi penderita alergi seperti saya, ketidaknyamanan tersebut mungkin akan lebih terasa. Dokter menyarankan untuk minum obat penahan rasa sakit kalau sakitnya terasa berlebihan. Dan saya sudah diperbolehkan menonton televisi kalau memang saya sudah bisa melihatnya.

Untungnya saya sempat makan bakso sebelum obat anestesinya berhenti bekerja. Hehe. Setelah itu, mata saya mulai perih sampai berlinang air mata. Tapi Alhamdulillah itu hanya berlangsung kurang lebih 3 jam. Setelah itu saya bisa melihat tanpa kacamata! Walaupun belum normal (prosesnya berangsur-angsur kata dokter), perubahannya sangat drastis bagi saya. Malamnya, Alhamdulillah saya sudah bisa menonton televisi.

Oh iya, ini beberapa perawatan setelah Lasik:

  1. Memakai kacamata pelindung saat tidur selama 1 minggu
  2. Memakai obat sesuai anjuran
  3. Kontrol 1 hari, 1 minggu, dan 1 bulan
  4. Memakai kacamata pelindung untuk menghindari debu dan cahaya berlebih
  5. Tidak berenang atau sauna semala 1 bulan
  6. Tidak berolahraga terlalu berat selama 1 – 2 bulan
  7. Menghindari penggunaan make-up terutama yang menyentuh mata selama 1 minggu
  8. Menghindari sampo/sabun mengenai mata selama 1 minggu

Alhamdulillah, sekarang saya bisa melihat keindahan ciptaan Allah tanpa menggunakan alat bantu apapun. Namun, saya jadi ingat wejangan lain dari Raihan, “Sakit itu ujian, sembuh juga ujian”. Ya, saya sudah mengambil keputusan dan harus mengambil konsekuensinya. Bahkan ada hadits berikut ini.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. (HR Bukhari, no. 5933)

Dengan kondisi mata saya yang seperti sekarang, saya harus lebih ekstra lagi dalam menjaga kesehatan mata dan juga menjaga pandangan. Insya Allah. Semoga kita bisa saling mengingatkan ya, teman-teman 🙂