Keterlibatan Sang-Penulis-Skenario-Kehidupan

Assalamualaikum, pembaca cerita Dea!
Sepertinya gagal sudah resolusi 2014 saya tentang menulis di blog ini haha 😥

Saya jadi bingung sekarang mau cerita apa. Terlalu banyak perjalanan hidup yang tidak saya sangka yang terjadi belakangan ini (lebay). Ya, perjalanan yang tidak saya sangka, tapi tentunya sudah Allah rencanakan.

Ngomong-ngomong soal rencana Allah, saya mau cerita tentang sebuah pembelajaran berharga yang saya dapat belakangan ini, yaitu tentang keterlibatan Sang-Penulis-Skenario-Kehidupan. Intinya adalah manusia boleh berencana, manusia harus berusaha, tapi manusia tidak boleh terlalu berharap. Menurut saya istilah “pemberi harapan palsu” itu kurang tepat. Yang lebih tepat itu mungkin “diri yang terlalu berharap”.

Belakangan ini saya merasa ditampar oleh Allah karena terlalu berharap terhadap sesuatu yang sedang saya usahakan. Ketika saya gagal untuk meraihnya, saya sempat merasa jatuh, kecewa, kesal terhadap diri sendiri, sedih, pokoknya campur aduk. Tapi Alhamdulillah saya masih punya keluarga dan teman-teman yang hebat. Dari mereka lah saya belajar bahwa segala rencana dan usaha memang tidak dapat terwujud jika memang tidak diizinkan oleh-Nya. Dan saya juga masih percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam episode kehidupan ini mengandung hikmah yang ingin disampaikan oleh Sang-Penulis-Skenario-Kehidupan tersebut.

Yang harus kita lakukan adalah berusaha dan berdoa. Tentunya jangan hanya berdoa supaya keinginan kita dikabulkan, tapi juga berdoa supaya diberikan keikhlasan dalam menerima apapun kehendak-Nya 🙂

Pengalaman Lasik

Tepat 2 minggu yang lalu, 13 Mei 2014, saya menjalani sesuatu yang pengaruhnya cukup besar dalam kehidupan saya tapi memiliki risiko tinggi. Bahkan teman saya yang bernama Zakiy bilang, “It’s the scariest surgery on earth”…

Operasi Lasik. Itulah yang telah saya jalani. Setelahnya, banyak teman saya yang bertanya lebih jauh. Oleh karena itu, saya akan cerita disini. Semoga bermanfaat.

Alasan Menjalani Lasik

Sebenarnya yang semangat ingin saya di-Lasik itu orang tua saya, terutama Mamah. Semenjak masih jadi anak sekolahan, keinginan orang tua saya untuk menyembuhkan mata saya ini sangat besar. Tapi dulu usia saya belum memenuhi syarat Lasik (syaratnya minimal 18 tahun). Saya pun sempat tidak mau karena belum merasa membutuhkan, apalagi biayanya tidak murah. Saya juga pernah merasa kalau tanpa kacamata, mata saya akan terlihat lebih sipit, dan saya tidak suka itu. Haha.. Tapi orang tua saya tidak menyerah membujuk saya. Katanya, “Ya udah nanti pake kacamata yang gak ada minusnya aja, yang penting kan matanya sembuh”. Saat itu saya baru sadar bahwa niat orang tua saya itu memang ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, termasuk dalam hal kesehatan mata.

Suatu ketika, saya liburan ke Karimun Jawa beserta teman-teman. Saat itu adalah pengalaman pertama saya melakukan snorkeling. Dan saya tidak menyangka bahwa di titik itu saya benar-benar sedih karena tidak bisa menikmati keindahan ciptaan Allah yang saat itu dibilang “bagus banget!”, “keren banget!”, dll oleh teman-teman saya.

Singkat cerita, belakangan ini Mamah saya mengungkit tentang Lasik lagi setelah beliau menonton informasi tentang Lasik di televisi. Akhirnya saya mau mengikuti keinginan beliau untuk mencari informasi lebih lanjut dari berbagai sumber. Ternyata ada teman saya yang bernama Tafta yang saat itu baru saja di-Lasik. Awalnya saya masih agak takut, tapi akhirnya saya menjadi lebih berani setelah mendengar cerita dari Tafta. Lalu orang tua saya meyakinkan kembali bahwa ini hanya merupakan salah satu ikhtiar. “Bismillah aja, serahkan semuanya sama Allah”, katanya. :’)

Akhirnya saya mengambil keputusan untuk mau menjalani Lasik.

Proses Lasik

Saya menjalani operasi Lasik di Cicendo. Sebelum menjelaskan proses operasinya, saya mau menjelaskan pra-operasinya terlebih dahulu. Prosedur umumnya bisa dilihat di Lasik di Cicendo.

Di pranala tersebut disebutkan bahwa kita harus melakukan screening terlebih dahulu. Nah, untuk teman-teman yang menggunakan softlens, softlens harus dilepas minimal 2 minggu sebelum screening. Untuk yang menggunakan hardlens, hardlens harus dilepas minimal 1 bulan sebelum screening.

Screening dilakukan untuk mengecek kondisi mata kita. Hasilnya menentukan apakah kita layak di-Lasik atau tidak. Terutama untuk yang minusnya di atas 5, hasil screening juga menentukan apakah perlu menjalani tindakan lain seperti laser retina terlebih dahulu atau tidak.

Metode Lasik di Cicendo itu ada 2. Kalau di pranala yang tadi, tertulis ada yang Femtosecond dan tidak. Hasil screening juga menentukan metode Lasik yang mana yang bisa dijalani oleh mata kita karena bisa jadi mata kita hanya bisa ditindak dengan salah satu metode saja. Perbedaan antara 2 metode itu adalah Femtosecond tidak menggunakan sayatan pisau, sedangkan yang satunya menggunakan sayatan pisau sebelum proses laser. Kata dokter, proses pemulihan yang Femtosecond juga lebih cepat dan nyaman dibanding yang satunya. Memang harga menentukan kualitas. Tapi tenang saja, kata dokter hasil akhir dari kedua metode itu sama kok insya Allah.

Mata saya minus 6 dan 7, tetapi hasil screening menunjukkan kalau kondisi mata saya bagus sehingga saya tidak perlu menjalani tindakan-tindakan lain sebelum Lasik. Alhamdulillah. Setelah screening, operasi Lasik tidak harus dilakukan di hari yang sama. Namun, batas waktu antara screening dan operasi adalah 1 bulan. Setelah membuat janji, tibalah saatnya…

13 Mei 2014, saya diminta datang pagi agar matanya belum lelah. Ada rasa deg-degan gundah gulana sebelum operasi. Tapi saya ingat kata-kata teman saya yang bernama Raihan, “Banyak berdoa dey, kesembuhan hanya dari Yang Maha Kuasa. Dokter cuma jalan”, sama persis dengan wejangan orang tua. Setelah orang tua mengurus administrasi, saya masuk ruang operasi dengan pakaian operasi. Kemudian saya disuruh tiduran di tempat operasi. Mulai dari situ saya pasrah sepasrah-pasrahnya lalu mulai mengikuti instruksi operasi sambil berdoa. Yang saya ingat selama proses operasi:

  1. Mata dibuka dan dilemaskan (jangan tegang), lalu diganjal dengan penahan kelopak
  2. Mata dianestesi (bius lokal) dengan obat tetes mata
  3. Mesin didekatkan dengan mata dan saya disuruh melihat ke suatu titik merah. Proses laser berlangsung selama 22 detik (kalau tidak salah).
  4. Bagian mata yang dipotong menggunakan laser kemudian diambil

Proses tersebut dilakukan bergantian untuk mata kanan dan kiri.

Setelah Lasik

Setelah proses Lasik selesai, saya membuka kedua mata saya dan saya dapat melihat wajah suster. Dengan minus saya yang cukup tinggi, perbedaannya langsung terasa saat itu juga. Kemudian saya keluar ruang operasi lalu masuk ruang dokter. Disitu, mata saya diperiksa lagi dengan alat dokter. Alhamdulillah hasilnya bagus. Kemudian saya langsung menghampiri orang tua saya dan saya sangat bersyukur karena dapat melihat wajah orang tua saya tanpa menggunakan kacamata lagi saat itu juga :’)

Kemudian saya diperbolehkan langsung pulang dengan dibekali beberapa obat tetes dan kacamata pelindung. Setelah obat anestesinya berhenti bekerja, mata saya akan terasa tidak nyaman sekitar 1 – 6 jam kata dokter. Bagi penderita alergi seperti saya, ketidaknyamanan tersebut mungkin akan lebih terasa. Dokter menyarankan untuk minum obat penahan rasa sakit kalau sakitnya terasa berlebihan. Dan saya sudah diperbolehkan menonton televisi kalau memang saya sudah bisa melihatnya.

Untungnya saya sempat makan bakso sebelum obat anestesinya berhenti bekerja. Hehe. Setelah itu, mata saya mulai perih sampai berlinang air mata. Tapi Alhamdulillah itu hanya berlangsung kurang lebih 3 jam. Setelah itu saya bisa melihat tanpa kacamata! Walaupun belum normal (prosesnya berangsur-angsur kata dokter), perubahannya sangat drastis bagi saya. Malamnya, Alhamdulillah saya sudah bisa menonton televisi.

Oh iya, ini beberapa perawatan setelah Lasik:

  1. Memakai kacamata pelindung saat tidur selama 1 minggu
  2. Memakai obat sesuai anjuran
  3. Kontrol 1 hari, 1 minggu, dan 1 bulan
  4. Memakai kacamata pelindung untuk menghindari debu dan cahaya berlebih
  5. Tidak berenang atau sauna semala 1 bulan
  6. Tidak berolahraga terlalu berat selama 1 – 2 bulan
  7. Menghindari penggunaan make-up terutama yang menyentuh mata selama 1 minggu
  8. Menghindari sampo/sabun mengenai mata selama 1 minggu

Alhamdulillah, sekarang saya bisa melihat keindahan ciptaan Allah tanpa menggunakan alat bantu apapun. Namun, saya jadi ingat wejangan lain dari Raihan, “Sakit itu ujian, sembuh juga ujian”. Ya, saya sudah mengambil keputusan dan harus mengambil konsekuensinya. Bahkan ada hadits berikut ini.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. (HR Bukhari, no. 5933)

Dengan kondisi mata saya yang seperti sekarang, saya harus lebih ekstra lagi dalam menjaga kesehatan mata dan juga menjaga pandangan. Insya Allah. Semoga kita bisa saling mengingatkan ya, teman-teman 🙂

Bandung Kreatif

Tadi saya sama keluarga ke Trans Studio Mall (TSM). Rencana awalnya sih mau beli sesuatu. Pas udah disana baru inget kalau lagi ada acara Bandung Creative Week. Terus kami langsung kesana karena penasaran. Selain stand-stand, disana juga ada tempat duduk buat nongkrong sama panggung fashion show. Nah, pas lagi jajan sambil nongkrong disana, tau-tau ada polisi sama wartawan gitu, ternyata di belakangnya ada Bapak Walikota tercinta, Pak Ridwan Kamil. Beliau senyum sambil manggut sama kami, ramah banget :’)

Terus, intinya bukan itu sih. Haha. Ternyata beliau dateng kesitu untuk ngasih sambutan di panggung fashion show. Saya sama Teteh yang asalnya lagi duduk, langsung ngikut ke tempat fashion show. Beberapa hal yang saya tangkep dan masih saya inget dari sambutan beliau sih ini.

Ada beberapa alasan kenapa orang Bandung banyak yang kreatif, yaitu:

1. Udaranya nyaman. Orang akan lebih bisa mengeluarkan kreativitasnya ketika merasa nyaman.

2. Orang Bandung tuh suka ngariung (berkumpul). Dari perkumpulan-perkumpulan yang kecil-kecil itulah biasanya muncul gagasan-gagasan baru yang kreatif. Makanya di Bandung ini dibuat taman-taman tematik untuk mewadahi perkumpulan-perkumpulan itu.

 

Jangan pernah ngerasa “ah saya mah bukan anak seni jadi gak kreatif”. Kreatif itu bisa dilatih. Salah satu contohnya adalah banyak diskusi sama orang-orang kreatif.

Lalu karena kasian kalau Mamah sama Papah nunggu lama, saya sama Teteh cuma bentar dengerin sambutan Pak Walikota tersebut. Jadi cuma segitu deh yang bisa saya ceritain.

Yuk ah. Salam kreatif!

Foto Pre-Wed

Kalau denger kata “foto pre-wed, biasanya kebanyakan orang mikirnya itu foto mesra-mesraan. Malah saya sering liat banyak orang yang menolak mentah-mentah kegiatan ini karena “belum halal tapi kok udah foto kayak begitu”.

Ya emang gak bisa dipungkiri sih, sampai saat ini kebanyakan orang melangsungkan foto pre-wed kayak gitu. Walaupun banyak juga yang gak mesra, tapi tetap aja bersentuhan. Sepenglihatan saya sih banyak juga perempuan berjilbab yang melakukannya. Di perusahaan fotografi yang dipakai buat pernikahan Teteh (kakak saya) nanti, sebut saja Impresi, saya juga liat banyak album foto pre-wed yang kurang lebih kayak gitu keadaannya.

Kebetulan teteh saya pengen juga foto pre-wed, buat lucu-lucuan aja sih katanya. Bulan Desember kemaren, pas lagi bikin kontrak untuk pakai jasa Impresi, Mamah saya minta ke Mbak Impresi-nya supaya Teteh saya nanti difotonya jangan kayak gitu. Terus, Mbaknya setuju dan cerita kalau belum lama ini juga Oki Setiana Dewi foto pre-wed pakai jasa Impresi. Yang saya tau, Teh Oki ini kan muslimah yang sangat menjaga syariat Islam. Jadi saya langsung penasaran, kayak apa sih foto pre-wed beliau. Tapi waktu itu fotonya belum bisa diliat karena baru banget katanya.

Nah, kemarin saya nemenin Teteh ke kantor Impresi buat ngobrolin konsep foto pre-wed. Terus, kami minta untuk ngeliat foto pre-wed Teh Oki. Ternyata, foto-fotonya itu baguuus. Gak ada mesra-mesranya sama sekali, bahkan gak bersentuhan sama sekali, tapi tetep sweet banget keliatannya, kalo bahasa kekiniannya sih “unyu”. Sambil ngeliatin fotonya itu, Mbak dari Impresi pun cerita tentang kekagumannya sama Teh Oki. Saya juga pas ngeliat fotonya itu ikutan sumringah, terus jadi pengen. Hahaha!

Ya, intinya sih saya cuma mau cerita kalau ternyata foto pre-wed itu gak harus selalu kayak foto kebanyakan orang sekarang. Posenya itu ya gimana kita. Kalau kita punya prinsip yang kuat untuk menjaga syariat, peganglah prinsip itu bahkan sampai hal perintilan kayak foto pre-wed ini. Semoga pas saya akan menikah nanti, saya punya rejeki buat melangsungkan foto pre-wed ehehe Aamiin..

Resolusi 2014

Ini beberapa resolusi saya di tahun 2014.

  1. Mendekatkan diri sama Allah SWT
  2. Wisuda Juli
  3. Ikut konferensi internasional
  4. Jadi Pengajar Muda
  5. Olah raga minimal 1 x seminggu
  6. Nabung minimal 100.000 tiap bulan
  7. Main ke pantai
  8. Nulis blog dalam bahasa Indonesia minimal 1 x sebulan
  9. Nulis blog dalam bahasa Inggris minimal 1 x 3 bulan
  10. Nulis blog dalam bahasa Sunda minimal 1 x 3 bulan
  11. Ngoprek minimal 1 x
  12. Mengurangi mengunduh dan menggandakan karya orang lain secara ilegal (maksimal 5 x)

Semoga teman-teman yang baca bisa ikut membantu mengingatkan atau bahkan mendoakan 🙂

Renungan 22

Ceritanya, 21 Desember 2013 adalah hari ulang taun saya yang ke-22. Sebenernya saya bukan orang yang gimana banget gitu sama ulang taun, mungkin itu juga yang jadi alesan kenapa saya gak nyantumin tanggal ulang taun saya di Facebook. hehe. Nah, efek samping dari itu adalah saya jadinya seneng banget kalo dikasih doa, ucapan, surprise, atau kado pas saya ulang taun, soalnya itu berarti mereka inget sama saya kan :’) *ge-er*

Selalu ada kesan yang beda pas ulang taun di tiap taunnya. Berhubung belum sempet cerita di manapun, jadi saya mau cerita singkat dulu ya soal kesenengan saya taun kemaren.

Sebenernya, ulang taun yang paling berkesan buat saya tuh taun kemaren, soalnya angkanya cantik. 21 taun di 21-12-12. Waktu itu, tepat di tanggal itu, pas banget lagi ada acara taunan HMIF (Himpunan Mahasiswa Informatika) ITB, namanya Mukrab alias Temu Akrab. Di acara itu, tiap angkatan ngasih perwakilan buat menampilkan sesuatu. Nah, setelah angkatan saya (2009) ngasih penampilan, ternyata saya dikasih surprise pake kue. Myuu. Terus, ceritanya pacar saya waktu itu janji mau ngejemput. Nah, pas selesai acara, ternyata doi udah kongkalikong sama temen-temen saya buat ngasih surprise juga dengan tiba-tiba dateng bawa kue. Kikikik. Karena dua surprise di momen yang sama itulah akhirnya saya dibanjiri ucapan selamat dan doa dari adek angkatan sampe kakak angkatan waktu itu. Terharu. Hihi. Terus, yang lucunya nih, pas saya nyampe rumah tengah maleman, mamah saya keceplosan ngasih tau kalo ada kue di kulkas, padahal tadinya mau di-surprise-in ke saya besoknya sama papah sama teteh. haha! Ya begitulah, pokoknya saya senang sekali :’)

Nah, taun ini, yang kerasa banget bedanya dari taun lalu adalah ……. (yang kenal saya pasti tau deh ini apaan haha)

Kesan lain yang beda di ulang taun saya taun ini adalah surprise-nya gagal semua. Huahaha. Tapi saya tetep seneng banget kok, kan yang penting niatnya :3

Terima kasih buat mamah papah teteh buat surprise-nya (yang lagi-lagi gagal) haha dan makasih teteh buat kado yang paling berguna (charger hp). Terima kasih buat goSTIp girls yang ngirim kartu pos paling kece sedunia tepat di tanggal ulang taun saya, plus rok unyu yang kata mamah bahannya enak adem. Terima kasih juga anak-anak KI yang udah berusaha ngasih surprise tapi gagal hihi dan makasih ciwi-ciwi buat rok, kerudung, sama pin unyunya. Terima kasih juga buat semuamua orang yang udah ngucapin dan ngedoain (yang disampein ke saya ataupun langsung ke Allah) :*

Sebenernya sih yang paling utama, terima kasih buat Allah SWT yang udah ngasih kesempatan saya hidup selama ini di dunia. Pertanyaan besar yang saya tujukan buat diri saya sendiri sebagai renungan adalah

Apakah selama ini saya udah hidup sebagai khalifah sesuai yang Allah inginkan? Apakah selama 22 taun ini saya udah menyiapkan bekal buat di akhirat?

Ah, rasanya masih banyaaaaaaaak banget yang harus saya benahi di usia yang gak muda lagi ini. Semoga saya, kamu, kita, bisa terus memperbaiki diri ya sebelum deadline  yang udah ditentuin. Aamiin.

99 Cahaya di Langit Eropa

Cover Buku 99 Cahaya di Langit Eropa

Cover Buku

Sebenernya semenjak kuliah tuh saya ini bisa dibilang jarang banget baca buku, soalnya kalo udah ke-pause tuh lanjutinnya susah lagi. Haha. Nah, bulan Juni kemaren saya dipinjemin sebuah buku yang judulnya “99 Cahaya di Langit Eropa” yang ternyata udah cukup banyak pembacanya. Saya yang emang pengen banget ke Eropa, khususnya Jerman, langsung semangat pengen baca.

Selingan dulu nih. Kenapa Jerman? Saya sering ditanya itu sama orang-orang. Jujur sih awalnya gara-gara Miroslav Klose. Ceritanya, Piala Dunia yang saya ikutin banget buat pertama kalinya tuh Piala Dunia 2002 pas jaman SD, dimana saat itu Miroslav Klose menarik banget buat saya. Haha. Nah, semenjak itu saya jadi pengen banget ke Jerman, sampai sekarang. Ditambah lagi sama kisah salah satu engineer kesukaan saya, Bapak B.J. Habibie, yang punya sejarah kehidupan disana. Ah, makin pengen rasanya :’)

Terus akhirnya saya baca buku ini. Lalu saya menemukan lebih banyak hal lain yang menarik dari Eropa. Ternyata bukan cuma Jerman yang menarik. Ada tempat-tempat lain di Eropa yang mempunyai jejak Islam. Jejak yang menunjukkan kalau Islam pernah berjaya dan cukup berpengaruh bagi tren saat itu. Baca buku ini cukup membuat saya emosional, campur aduk antara rasa bangga, haru, sedih, dll.

Lalu beberapa bulan setelah saya baca, ternyata buku ini diadopsi menjadi sebuah film. Saya langsung excited waktu tau berita itu. Akhirnya saya nonton sama teteh. Secara keseluruhan, filmnya bagus, ringan dan mudah dicerna. Latar tempatnya juga bagus banget (ya iyalah)! Cuma ada satu scene sih yang masih bikin saya bingung sampe sekarang, yaitu scene yang tiba-tiba ada Fatin di beberapa menit terakhir. Oh iya, emosi saya pas nonton film juga gak terlalu bergejolak kayak pas baca bukunya.

Cover Film 99 Cahaya di Langit Eropa

Cover Film

Pesan yang saya cerna dengan baik dari “99 Cahaya di Langit Eropa” adalah “Jadilah agen muslim yang baik dimanapun”. Selain itu, selama ini saya suka jalan-jalan dan masih banyak tempat yang pengen saya jelajahi. Nah, pelajaran lain yang saya dapet dan jadi resolusi baru saya adalah “Jalan-jalan kemanapun, harus bisa bikin saya lebih mendekatkan diri sama Allah, syukur-syukur kalau bisa menemukan jejak cahaya-Nya di tempat yang saya kunjungi nanti”. Aamiin…

Secara keseluruhan, saya kasih nilai 4.5/5 untuk bukunya dan 3/5 untuk filmnya.

Aku teringat kata sahabat Ali RA:
Wahai anakku! Dunia ini bagaikan samudra di mana banyak ciptaan ciptaan Nya yang tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menyebut nama Allah. Jadikan ketakutanmu pada Allah sebagai kapal kapal yang menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nahkoda perjalananmu; dan kesabaran sebagai jangkar dalam setiap badai cobaan.

(Ali bin Abi Thalib RA)

Assalamualaikum!

Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan sebuah e-mail notifikasi yang isinya:

xxx just started following you at https://dearahmatia.wordpress.com.

Lalu saya kaget. Saya baru inget kalau ternyata saya punya akun wordpress yang belum pernah saya manfaatkan ini. Sepertinya inilah saatnya untuk melatih kemampuan menulis saya, seperti saran dari Pak Budi Rahardjo yang sering diberikan kepada mahasiswanya.

Jadi, mulai saat ini saya akan menghidupkan “Dea Punya Cerita”. Semoga saya bisa istiqomah bercerita disini ya. Yeay! Selamat membaca cerita saya!